Thursday, June 12, 2025

Menjadi Perempuan Luar Biasa: Mengasah Perasaan dan Memilih dengan Iman dan Ilmu

 Pernah dengar ungkapan "Jadilah wanita luar biasa, jangan jadi wanita biasa". Ya. Hidup ini, memang tentang pilihan. Kita bebas memilih apa dan menjadi seperti apa yang kita mau.

Siapapun yang hidup berdasar ilmu dan Allah beri taufiq, akan mampu memilih sesuai apa yang Allah mau, bukan hanya sekadar apa yang dia mau. Keinginan Allah dan RasulNYA, senantiasa menjadi prioritas "ingin"nya juga dalam setiap pilihan.

Lantas, muncul pertanyaan bagaimana Allah menginginkan wanita memilih sesuatu dalam hidupnya? Jawabannya, sebagaimana Allah mengisahkan wanita-waniya ahli iman dalam "memilih" apa-apa untuk jalan hidupnya. Pun, sebaliknya jangan menjadi seperti wanita-wanita yang menduakan Allah dalam hampir semua pilihannya. Keduanya, sama-sama Allah abadikan dalam Al-Quran. 

Kemudian, muncul di benak saya sisi lain soal memilih. Allah menciptakan perempuan sebagai makhluk sarat rasa. Tentulah Dia meletakkan dominan rasa pada diri perempuan bukan sesuatu yang sia-sia. Subhanallah, Maha Suci Allah pasti punya maksud dan Allah berkuasa atas semua makhluk ciptaan-Nya. 

Sosok-sosok wanita ahli surga ternyata dalam perjalanan hidupnya, mengalami berbagai dinamika rasa. Mereka dengan sadar mengasah potensi rasa itu dengan cara dan untuk tujuan yang Allah sukai. Ketahuilah, islam bukan agama yang ingin mematikan rasamu wahai Muslimah. Syariat mengarahkannya pada perwujudan yang semestinya dan itu menyelamatkanmu. 

Wanita luar biasa, tentu boleh dan berhak menangis mengadukan rasa pada Rabbnya yang Maha Lembut dan paling mengerti perasaannya. Meski begitu, kamu tetap luar biasa. Wanita luar biasa, akan sedih bahkan kecewa juga. Namun keluh kesah dan khawatirnya, pertama kali dia sampaikan pada Rabb yang Maha Kasih dan selalu mendengar doa-doanya. Meski begitu, kamu tetap luar biasa. 

Bahkan Rasulullah saw, sangat menghargai perasaan wanita. Sampai-sampai ini menjadi salah satu wasiat terakhirnya sebelum beliau saw wafat, yakni agar kaum laki-laki memperhatikan kondisi wanita-wanita mereka. 'Kondisi' tentu dalam makna lahir maupun bathin. 

Maka, menjadi wanita luar biasa bukan berarti tanpa perasaan -padahal itu fitrahnya- Saya jadi teringat kata-kata "wanita yang tidak tersibukkan dengan ilmu akan tersibukkan dengan perasaan". Benar sekali. Tapi jangan lupa, bahwa wanita hebat, juga hebat karena perasaan bukan? Perasaan mau berkorban (ibunda Khadijah misalnya), perasaan mau menanggung sakit (ibunda Maryam misalnya), perasaan mau menunggu dengan sabar (Siti Hajar misalnya) dan masih banyak lagi. Lantas, bagi saya, perasaan seperti dua mata pisau. Dalam waktu bersamaan, punya dua sisi berlawanan. Tinggallah ilmu dan taufiq dari Allah yang akan menuntun seorang wanita memilih, hendak dia arahkan kemana gejolak-gejolak perasaannya. 

Pilihlah menangis, jika itu membuatmu jauh lebih lega. Pilihlah memaafkan, sebab itu membuatmu jauh lebih kuat. Pilihlah diam, jika itu membuatmu selamat. Pilihlah merenung, sebab itu membuatmu jernih memandang. Kamu, wanita dengan sejuta rasa, pilih dan putuskanlah apapun dengan iman dan ilmu, lalu niatkan karena Allah dan RasulNYA. Islam ingin rasamu tetap ada, menjadi bagian dari dirimu yang sedang tumbuh dan belajar. Jangan matikan perasaanmu, jangan bunuh sensitifitas mu. 

Sebab, tipis sekali perbedaan antara perempuan luar biasa namun mati rasa, dengan perempuan luar biasa yang mengasah perasaannya. Kamu tentu ingin, masuk surga membawa hati yang selamat bukan?

No comments:

Menjadi Perempuan Luar Biasa: Mengasah Perasaan dan Memilih dengan Iman dan Ilmu

 Pernah dengar ungkapan "Jadilah wanita luar biasa, jangan jadi wanita biasa". Ya. Hidup ini, memang tentang pilihan. Kita bebas m...